Kesan yang diperoleh dari permainan gamelan Cirebon ialah bahwa ia menghasilkan suara yang bergairah dan seolah-olah selalu dalam suasana keramaian besar. Alat tubuh mengisi udara dengan pola-pola padat yang agak mirip dengan pola suara gamelan Bali yang agung. Mungkin sekali dahulu kala sumber gamelan Cirebon pernah dekat dengan sumber gamelan Bali yaitu dalam masa kerajaan Kediri abad ke 14 di jawa timur. Gamelan Cirebon mengandung permainan lagu yang padat dengan irama yang nyaring. Unsur bunyi yang berimbang dengan sangat bagus, suara nyaring yang menggema terus-menerus, kalau di jawa tengah sering disebut rical.

 

Tetapi sifat suara rical musik Jawa sangat halus. kalau dibandingkan dengan alam pedesaan Cirebon, rical jawa tinggal bayangan pudar. Ada cukup alasan untuk percaya bahwa gamelan Cirebon berasal dari pola suara yang kuno, sesuai dengan adat gamelan di abad ke 17, zaman jayanya Mataram dan daerah pesisiran Jawa. Bedanya di kraton Jawa tengah kemudian gamelan berkembang agak lain.

 

Para pemain gamelan Cirebon umumnya merupakan kelompok yang tersusun erat. Belum lama berselang tidak ada wanita penyanyi atau pesinden, yang di jawa tengah memegang peranan yang penting. Di Cirebon, gamelan, baik corak jawa atau timur maupun gamelan Sunda atau corak barat mengagumkan pemain Cirebon, dan pengaruh keduanya sangat kuat. Tetapi banyak orang Cirebon masih mengikuti adat gamelan yang kuno dan mempertahankan cara lama; itu berarti hanya prialah yang menyanyi dan memakai teriakan yang stereotip dan staccato untuk penghiasan lagu.

 

masih terdapat beberapa alat musik kuno yang tidak dilupakan. Misalnya BERI, berupa sepasang simbal yang tebal yang bersuara ngencreng. Ada juga KEMANAK yang berupa sepasang pipa kecil yang saling dipukulkan. Suaranya nyaring dan tinggi. Kedua alat ini melatarbelakangi suara gamelan dan memperkuat daya iramanya. malah ada lagi kelompok GENTA— Alat musik yang bebentuk pohon penuh dengan lonceng-lonceng kecil yang dipakai untuk memperkuat irama rical.

 

Ada lagi gamelan yang berbeda dan agak bertentangan sifatnya, seperti alat gesek atau rebab dan gambang. Suaranya agak dekat pada suara manusia yang sedang mélange. dan sangat halus sifatnya apalagi di tengah tabuhan gamelan.

 

kadang-kadang dipakai sebuah kendang besar dengan suara sangat rendah bernama JIDOR. kebanyakan ini terdapat pada gamelan Kraton dan merupakan lambang yang berhubungan dengan agama. jidor memegang peranan penting, terutama pada hari raya Islam. Dasar pokok dari semua susunan gamelan ialah umumnya sekelompok alat tabuh yang berbeda satu dengan yang lain. Diantaranya ada yang husus untuk irama dan ada yang husus untuk lagu. Tidak ada satu pun yang berdiri sendiri atau terdapat husus di luar susunan gamelan. Gabungan ini dikenal sebagai gamelan. Malah banyak gamelan yang terdiri hanya dari beberapa alat tabuh yang pokok ditambah sebuah atau dua buah kendang.

 

Diantara alat tabuh terdapat dua atau tiga gong dari berbagai ukuran dan di laras rendah atau dalam ukuran bass. Alat ini digantungkan pada ancak dan sepintas lalu kelihatan sebagai alat yang sangat penting. Gong yang paling besar bergaris tengah 80-90 cm. malah kadang-kadang dalam hal yang luar biasa sampai semeter lebih. Ia mengambil tempat yang paling pokok dan berlaras suara rendah yang gampang muncul diantara semua suara di dalam gamelan. Alat lain berbentuk deretan gong kecil dalam berbagai ukuran, ditempatkan diatas ancak kayu secara berbaring. Diantaranya ada sepasang KEBLUK yang memainkan alunan suara yang terus-menerus dan terpendam secara halus. Selain itu ada alat SARON dengan rangkaian bilah-bilah logam. Alat ini melayani sifat berlagu dalam susunan seluruhnya.

 

Beberapa kendang yang besar dan yang kecil dapat dimainkan dalam dua cara. Satu cara ialah memainkannya dengan tangan, ini dilakukan untuk gaya umum. Cara yang lain ialah untuk mengiringi penari topeng, harus dimainkan dengan tongkat dari kayu sebagai alat pemukul.

 

karena permainan kendang dan gong, irama untuk tari dan drama menjadi sangat berkesan. Untuk pengertian husus, hubungan antara gerak dan gamelan sangat baik di pahami. Sesuai dengan dasar klasik segala musik, selalu unsur gerak atau kinetik dapat diperhitungkan. Hal ini boleh jadi sifat pokoknya. Menerangkan musik dari sudut gerak tidak merupakan sesuatu hal estetik saja. Alat seperti kebluk yang sederhana bisa menjadi bukti. Alunan suaranya dengan bunyi yang bersuara tunggal sering disebut pemelihara lekancara warna lagu itu. Tapi sebenarnya kebluk merupakan cara untuk menghidupkan rasa irama. Untuk mendapakan cara yang sebenarnya, orang dapat mencoba memainkan kebluk ini dengan gaya semestinya.

 

Ciri gamelan di Cirebon ialah dapat menyatunya beberapa alat-alat ini baik semua, maupun sebagian. Seluruh nada tinggi sampai rendah dapat mencapai satu rentetan nada sampai tiga puluh, yaitu enam oktaf. Gamelan semacam ini memerlukan enam sampai enambelas orang pemain. Biasanya mereka adalah pemain setengah profesional, pria semua dan biasanya petani. Lagu-lagu yang dikuasainya berjumlah antara 10-20 buah dari bermacam-macam jenis. Gaya permainan lagu merupakan hal yang sama pentingnya dengan motif lagu dan irama, karena pemain mengiringi bagian-bagian lagu berikut adat dan cara memainkannya.

 

Di Cirebon memang ada perhatian besar kepada musik dan pengaruhnya, hal ini diimbangi oleh pengaruh sosialnya. Kiranya kurang tepat untuk menyelidiki penghasilan seorang pemain. Pendapatannya jauh dari seimbang dan mungkin kurang berarti. Sumber keuangan diperoleh dari dana pribadi atau dana umum, biasanya karena suatu perayaan kelompok atau keluarga dan hanya sekali-kali ada kemungkinan yang lain, dan inilah merupakan suatu ciri apa yang dimaksud dengan kata tradisi.

 

LARAS

 

Seperti di daerah-daerah lain di pulau jawa, di Cirebon pun kebanyakan gamelan dimainkan dengan salah satu dari dua deretan tangga nada laras. Deretan laras sangat beda, baik di antara mereka, maupun dengan deretan laras yang mana saja di dunia ini. Deretan tangga nada dapat dikenal dari jedanya yang khas untuk masing-masing laras.

 

karena alat tabuh dibuat dari logam yang biasanya perunggu, maka nadanya jadi tetap untuk selamanya. karena itu ada dua pasang gamelan masing-masin untuk satu deretan laras saja.

 

Orang membedakan antara gamelan berlaras slendro dan berlaras pelog. Mungkin lagu gamelan slendro dapat dimainkan pada gamelan pelog, Mungkin lagu gamelan slendro dapat dimainkan pada gamelan pelog., tetapi hal ini tidak selalu berhasil dan paling sedikit kedengaran sangat beda. Ada pecinta dan pemain musik yang sengaja memilih hanya salah satu dari dua laras dan ingin supaya lagunya terdengar husus pada pelog atau husus pada slendro. Pertimbangan esteteik dan rasa memegang peranan pada pilihan demikian.

 

kebanyakan musik dimainkan untuk upacara adat atau untuk menyambut tamu. dahulu, pada kesempatan seperti ini, yang juga dipakai orang cirebon untuk menari, biasa dimanikan pada gamelan pelog. Walaupun tidak selalu, tapi rupanya sering wayang kulit klasik diiringi dengan gamelan slendro. Seni wayang kulit dikuasai seluruhnya oleh DALANG yang menyarakan wayang. Ditangannya terdapat wayang kulit yang bayangannya dibuat sebegitu rupa sampai kelihatan pada layar putih yang agak tipis. Dalang duduk dibawah lampu DULANG yang menghidupkan bayangannya wayang. Ia disebut dalang karena ia terhormat dan mendapat kedudukan yang sangat terpandang. Dalang menjadi seniman dan penyanyi, mendapat pengakuan sebagai tokoh penting di dalam masyarakat. Para dalang sering juga dikenal sebagai ahli tari topeng, dan penari topeng sebaliknya sering memang disebut dalang, baik lelaki maupun perempuan. Seorang dalang yang tergolong keluarga dalang yang turun-temurun menurut adat dianggap seolah-olah sebagai pendeta dalam masyarakat ramai. Barangkali keturunan keluarga seniman yang dahulu meninggalkan kerajaan Hindu sekitar kediri di Jawa timur, guna membawakan seni dan falsafahnya keliling pantai utara Jawa. beberapa diantaranya kemudian menetap di Cirebon dan kini ada yang memiliki gamelan. Seni dalang ini bukti jelas tentang daya klasik pada musik dan nyanyian Cirebon. Kini orang masih dapat melihat seorang dalang dengan kotak wayang dan gamelan lain naik pedati Cirebon, dan hari berikutnya mungkin siap pulang dengan mini bis colt, atau sebaliknya.

 

PERTUNJUKAN WAYANG

 

Jalannya pertunjukan wayang kulit berlangsung semalam suntuk dan mengandung beberapa bagian yang diatur sesuai tabiat musiknya. Adat seninya menginginkan sewaktu-waktu adanya perubahan suasana dan perubahan nada musiknya berhubungan dengan suara dalang. Inilah yang disebut PATUT atau PATET. Menurut kebiasaan, sepanjang pertunjukan patut gamelan sering diganti lima kali dan menggunakan kelima nada deretan laras sebagai suara pokok pengenalnya.

 

Di masa lampau pertunjukan wayang juga masih memerlukan hadirnya sebuah alat musik tunggal khusus yang disebut GENDER. Alat ini terdiri dari sepuluh daun perunggu yang digantung diatas sepuluh pipa banbu. Pipa bambu bertugas sebagai alat gema untuk nada perunggu masing-masing. Ini berguna sekali dan membuat suaranya amat empuk. Gender ialah sangat jarang dipakai. Sebabnya ialah kekhususan dari pemain yang ahli. dahulu, pemainnya seorang wanita, yang sering adalah keluarga dalang atau bahkan istrinya. Lagu dan permainannya sangat indah. musiknya ada dua bagian, satu untuk tangan kiri dan lainnya untuk tangan kanan si pemain. Pola lagunya sesuai dengan sifat wayang tertentu seperti adanya rasa kesenangan, kemurungan ataupun kecanduan, dan sebagainya. Pengender menyertai suara dalang dengan pola khusus, yang disebut antara lain PATUTAN, GONJLING PLING dan GERUSALAN. Tapi kalau adegan wayang jadi lebih ramai, suara gender menghilang tertutup suara gamelan dengan irama dan nada perang.

 

SEJARAH MUSIK

 

Rupanya musik dan tari di Cirebon diwujudkan khusus dalam masa peralihan dari jaman pertengahan sampai masuknya agama Islam. Kerajaan Pajajaran Hindu tidak sudi menghadapi gerakan agama baru dibawah tanah. Dikisahkan tentang suatu masyarakat agama di Gunung jati dekat Cirebon yang menyelenggarakan perguruan. Ruang lingkup pendidikan lebih luas daripada pendidikan agama di Pesantren. Musik dan tarian juga dilatih disana, karena seorang pemimpin kesenian rebana Pengeran Panggung berdiri di belakangnya. Sekarang ini dianggap pahlawan pelindung kesenian.

 

Pada masa itu orang membentuk bermacam-macam perkumpulan untuk menyanyikan nyanyian pujaan baik oleh pria, maupun wanita. Nyanyian diiringi dengan semacam gendang rebana. Beberapa perkumpulan seperti itu masih ada dan anggota-anggotanya tetap menyelenggarakan yang disebut seni BRAI –dari kata asli birahi. Yang terkenal ada di desa Bayalangu.

 

Dahulu pendidikan diadakan di luar lingkungan kota dan kraton. Kebiasaan ini sekarang juga dilanjutkan oleh pemerintah daerah. Seperti halnya dengan kerajaan-kerajaan di bali, kegiatan seni diadakan dan dikembangkan dalam lingkungan desa, dan kraton-kraton berperanan sebagai penunjang dan pelindung. Dengan demikian pusat perkembangan seni memang terdapat di desa dan khusus di kalangan seniman. Teristimewa musiklah yang merupakan kegiatan desa. Gambaran ini pada umumnya terdapat di seluruh Indonesia; hanya di jawa tengah, kraton-kraton kemudian mengambil peranan langsung dalam menggiatkan berbagai cabang kesenian.

 

SEKEDAR DONGENG

 

Ada gamelan yang khusus dan terkenal karena petualangannya. Di DIY terdapat sebuah gamelan Cirebon yang termasyhur. Gamelan ini disimpan di museum SANA BUDAYA dimuka keraton Sultan, dibawa ke Yogyakarta sabagai harta bekal pernikahan putri Cirebon yang akan menikah di sana. Gamelan itu lengkap sekali dan membawa laras pelog. Gamelan mempunyai nama sendiri disebut Mega Mendung atau Awan yang gelap. Nama itu bukan karena suatu kejadian yang tidak menguntungkan, melainkan karena bentuknya agak besar. malahan dalam kepercayaan orang Cirebon, awan gelap membawa rezeki, karena merupakan tanda akan hujan, sehingga tanah gersang dapat menjadi basah dan subur. Kayu ancaknya pernah diukir dengan bagus sekali dan berpola awan, mengandung suatu ragam hias khas Cirebon. banyak orang luar berkenalan dengan gamelan Cirebon pada waktu mereka mengunjungi museum Sana Budaya ini. gamelan Mega Mendung ini ada kaitannya dengan sejarah revolusi Indonesia, karena pada ahir tahun 1945, waktu Yogya diserang oleh kapal terbang musuh, ada peluru nyasar yang mengenai gamelan ini, dan sejak itu gamelan ini tidak dimainkan lagi.

 

Jikalau pemain gamelan menggoyangkan badannya menurut irama lagu, keindahan irama di dalam musik kuno ini terungkap dengan jelas sekali.

 

Dalam kraton tersimpan juga sebagai barang pusaka, gamelan degung yang dulu sering dipakai waktu musim panas, untuk memohon datangnya hujan. Alat degung ini menjadi contoh dari semua alt degung di Jawa Barat, yaitu di Bandung, Sumedang dan Cianjur. Dulu para pemain degung di dalam linkungan kota tersohor karena seni suaranya. gaya seni suara yang sekarang dikenal dengan DEGUNG CIANJUR memang berasal dari pedesaan Cirebon. Ada pula bentuk kuno gamelan yang disebut gong renteng. memang gamelan renteng tersebut di seluruh Jawa Barat, termasuk Cirebon dan Indramayu. lagu gong renteng di desa-desa cukup bergaya untuk mengiringi tarian dan arak-arakan. Ada kalanya renteng menyertai tari kuda lumping dan penarinya bisa berjalan dibara api dalam keadaan kesurupan yang bersemangat. Akan tetapi semacam gong renteng terdapat juga di tempat-tempat lain di Indonesia dan Filipina. Seperti di Lampung, Minangkabau, Batak, Kalimantan, Ternate, Ambon dan Timor semua menganggap alat pusaka yang membawa kehormatan pada pemilik

 

Dikutip dari;
Buku berjudul; Cerbon
Penulis; Tim Yayasan Mitra Budaya Indonesia
Penerbit Yayasan Mitra Budaya Indonesiadan sinar harapan